Khutbah Jum’at Pertama, Menjadi Khalifah وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠ ( البقرة/2: 30-30) (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah/2:30) Konsep khalifah, mengandung makna wakil, atau pemimpin. Dengan kata lain, sejatinya manusia adalah mandataris Ilahi di muka bumi, yang memiliki kewajiban praktis dan operasional untuk memelihara, dan mengelola hidup dan kehidupan, lingkungan dan alam raya ini dengan baik. Kesan yang kuat, dalam tugas pertama ini, adalah kepemimpinan. Seorang perlu memiliki jiwa kepemimpinan, leadership, makna dari leadership adalah kemampuan mengelola, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya sosial. Makna lainnya, sejatinya, kita semua, manusia, adalah makhluk Allah Swt yang memiliki potensi kepemimpinan. Kullukum ra’in wa kullu mas’ulun ‘an raiyyah. Setiap diantara kita adalah khalifah, dan setiap diri kiat memiliki jiwa kemimpinan. Untuk bisa memaksimalkan jiwa kepemimpinan, selain Latihan, pembinaan, tetapi juga perlu rasa percaya diri untuk mengambil peluang kepemimpinan tersebut. Kedua, Menjaga Kemakmuran Bumi ۞ وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗهُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ Kepada (kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-Nya).”(Qs. Huud, 11:61) Berdasarkan data itu, dapat disimpulkan bahwa tugas manusia itu, 2/4-nya berkaitan dengan kebumian, yaitu khalifah di bumi, dan memakmurkan bumi, setelah itu baru beribadah dan menjalankan amanah kehidupan. Ketiga, Menjadi Hamba Allah وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦ ( الذّٰريٰت/51: 56-56) 56. Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (Az-Zariyat/51:56) Kesan dan pesan dari firman Allah Swt ini, adalah memberikan tugas untuk menjadi hamba, atau warga-dunia. Tugas hamba adalah ibadah, hakikat dari ibadah, adalah taat pada aturan yang berlaku. Dengan kata lain, seorang muslim adalah pribadi yang tahu role of law, aturan main, tata tertib, regulasi dan sejenisnya. Mengapa hanya manusia dan jin ? bagaimana dengan malaikat dan makhluk hidup lainnya ? bukankah, kita pun mendengar, ada firman Allah Swt yang berbunyi : سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ١ ( الحديد/57: 1) Apa yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Hadid/57:1) Kesan yang dapat kita simpulkan, bahwa ibadah adalah praktek yang disadari, dengan hati, pikiran dan Tindakan. Yusuf Qardhawy mengatakan, bahwa ibadah itu adalah kegiatan yang disertai dengan niat kebaikan. Sementara Tindakan tanpa melibatkan hal itu, tidak masuk dalam kategori ibadah, seperti halnya tasbihnya makhluk lain selain manusia. Berdasarkan firman Allah Swt itu, maka (a) hadirkan kesadaran dalam ibadah, dan (2) hiasi perilaku kita dengan niat dan tujuan yang tepat, sehingga praktek dan kelakuan kita benar-benar menjadi bernilai ibadah dihadapan Allah Swt. Khutbah Kedua Keempat, Menjaga Amanah. اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ ٧٢ ( الاحزاب/33: 72-72) Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh. (Al-Ahzab/33:72) Jika ditelaah berdasarkan Sejarah, sifat Amanah adalah sifat Rasul. Amanah mengandung arti, bisa dipercaya. Dengan kata lain, sejatinya manusia itu bisa dipercaya, dan bisa mempercayai. Lantas, mengapa ada orang yang khianat ? orang khianat, lebih disebabkan karena dia lebih mengikuti hawa nafsunya, daripada perintah Ilahi dalam kehidupannya. Untuk menjaga Amanah Ilahi di dunia ini, yakni sebagai khalifah, ibadah, dan memakmurkan bumi, marilah kita berdoa kepada Allah Swt, semoga kiat diberi kekuatan sehingga dapat menjalankan Amanah ini. ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ ٢٨٦ ( البقرة/2: 286)
Dokumen Standar Layanan Kehumasan
dokumen tentang standar administasi
Khutbah Jum’at Pertama, Menjadi Khalifah وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْه
Dina sabaraha kasempeten, sok aya bae santri nu tumanya, naha enya urang teu bisa sukses ? ku naon urang teu sukses dina nyanghareupan kahirupan ? Masalah sarupa kieu, sigana lain ngan saukur masalah nu karandapan ku barudak santri di madrasah. Urang
Ari tarékah (sarat) supaya budak pagegedéanana jadi jelema hadé, tibubudakna kudu cageur, nyaeta henteu réa kasakit dina badanna, henteu apes pancadriana, nya-éta: seukeut deuleu, seukeut ambeu, awas déngé, percéka, padang ati. Saur Radén Do
Al-Qur’an menggunakan kalimat retoris atau istifham taqriri atau taubikh, untuk menjelaskan mengenai adanya berita-berita yang didalamnya tak ada keraguan. Namun, sayang manusia kerap meragukannya. Karena itu, al-Qur’an menggunakan kalimat istifh
Pembentukan dan pembangunan Ibukota Nusantara (IKN) atau lebih lengkapnya Ibukota Negara Nusantara (IKN Nusantara), sudah menjadi keputusan politik bangsa Indonesia. Keputusan ini, satu sisi diapresiasi sebagai keberanian dalam menindaklanjuti gagasa